Sunday, August 16, 2009
Al-Quran Darul Iman
Monday, August 10, 2009
OFFER Hebat untuk TUNAS MEKAR Penang , Staf Uitm Penang dan ICU
Thursday, August 6, 2009
M-era computer ent,OFFER lumayan bussines Card dan flyers.
kisah kambing
Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerakgerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.
Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masukmemburu kambing untuk dimangsa. Kambing-kambing berlarianpanik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutanmeminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.
”Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumanmuyang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar dan kekar.
api anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan dibawa lari serigala.
”Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu! Seharusnya bisa mengusir serigala yang jahat itu!”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing lain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskancengkeramannya.Serigala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya!
Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras,
”Emmbiiik!”
Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil ancang ancang untuk menyeruduk lagi.
Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing.Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu! Atau singa bermental kambing itu!
Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang serigala telah siap dengan kuda-kudanyayang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anaksinga itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, seperti kambing mengaduh. Sementara induk kambingmenyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah denganserigala. Bukankah singa adalah raja hutan?
Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singayang masih mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anaksinga itu. Di saat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega,dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang serigalaterpelanting. Anak singa bangun.
Semua kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikuttakut dan ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lariterbirit-birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambingitu, ia terkejut di tengah-tengah kawanan kambing itu ada seekoranak singa.
Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan berkata,
”Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing! Aku takkan memangsa anak singa!
Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu terus
mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan,
”Jangan bunuh aku, ammpuun!”
Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa ebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri.
Lalu membandingkan dengan singa dewasa.
dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!”
”Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!”
Tegas singa dewasa.
”Jadi aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan mengaum dengan keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu.
Saya tersentak oleh kisah anak singa di atas! Jangan jangan kondisi kita, dan sebagian besar orang di sekeliling kita mirip dengan anak singa di atas. Sekian lama hidup tanpa mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang dimilikinya.
Betapa banyak manusia yang menjalani hidup apa adanya, biasabiasa saja, ala kadarnya. Hidup dalam keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan kegamangan. Hidup tanpa semangat hidup yang seharusnya. Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik yang dimilikinya.
Saya amati orang-orang di sekitar saya. Di antara mereka ada yang telah menemukan jati dirinya. Hidup dinamis dan prestatif. Sangat faham untuk apa ia hidup dan bagaimana ia harus hidup. Hari demi hari ia lalui dengan penuh semangat dan optimis. Detik demi detik yang dilaluinya adalah kumpulan prestasi dan rasa bahagia. Semakin besar rintangan menghadap semakin besar pula semangatnya untuk menaklukkannya.
Namun tidak sedikit yang hidup apa adanya. Mereka hidup apa adanya karena tidak memiliki arah yang jelas. Tidak faham untuk apa dia hidup, dan bagaimana ia harus hidup. Saya sering mendengar orang-orang yang ketika ditanya, ”Bagaimana Anda menjalani hidup Anda?” atau ”Apa prinsip hidup Anda?”, mereka menjawab denganjawaban yang filosofis,
”Saya menjalani hidup ini mengalir bagaikan air. Santai saja.”
Tapi sayangnya mereka tidak benar-benar tahu filosofi ’mengalir
bagaikan air’. Mereka memahami hidup mengalir bagaikan air itu yahidup santai. Sebenarnya jawaban itu mencerminkan bahwa merekatidak tahu bagaimana mengisi hidup ini. Bagaimana cara hidup yangberkualitas. Sebab mereka tidak tahu siapa sebenarnya diri mereka?
Potensi terbaik apa yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepadamereka. Bisa jadi mereka sebenarnya adalah ’seekor singa’ tapi tidaktahu kalau dirinya ’seekor singa . Mereka menganggap dirinya adalah’seekor kambing sebab selama ini hidup dalam kawanan kambing.
Filosofi menjalani hidup mengalir bagaikan air yang dimaknai dengan hidup santai saja, atau hidup apa adanya bisa dibilang prototipe, gaya hidup sebagian besar penduduk negeri ini. Bahkan bisa jadi itu adalah gaya hidup sebagian besar masyarakat dunia Islam saat ini.
sampai saya pulang dari Mesir, bahkan sampai saat saya berdiri di mimbar ini juga berprofesi menggali sumur. Bu Anu yang dulu kerjanya menjual air memakai gerobak sampai sekarang juga tidak berubah. Mbak Anu yang dulu jualan krupuk sambal di dekat SD sampai sekarang juga masih di sana dan berjualan dagangan yang sama.
Bahkan teman-teman yang dulu ketika di bangku sekolah dasar terlihat begitu rajin dan cerdas, yang dulu pernah bercita-cita mau jadi ini dan itu dan saya berharap ia telah meraih cita-citanya sekian tahun berpisah ternyata jauh panggang dari api. Orang-orang yang dulu hidup memprihatinkan ternyata sampai sekarang tidak berubah.
Kenapa tidak berubah?
Jawabnya karena mereka tidak mau berubah.
Kenapa tidak mau berubah?
”Aku malu jadi orang Indonesia!”
Tak terhitung berapa jumlah masyarakat negeri ini yang bermental kambing. Meskipun sebenarnya mereka adalah singa! Banyak yang minder dengan bangsa lain. Seperti mindernya anak singa bermental kambing pada serigala dalam kisah di atas. Padahalsebenarnya, Bangsa ini adalah bangsa besar! Ummat ini adalah ummat yang besar!
Bangsa ini sebenarnya adalah singa dewasa yang sebenarnya memiliki kekuatan dahsyat. Bukan bangsa sekawanan kambing.Sekali rasa berdaya itu muncul dalam jiwa anak bangsa ini, maka iaakan menunjukkan pada dunia bahwa ia adalah singa yang tidakboleh diremehkan sedikitpun.
Banyak yang tidak menyadari apa makna dari dua ratus juta jumlah ummat Islam Indonesia. Banyak yang tidak sadar. Dianggap biasa saja. Sama sekali tidak menyadari jati diri sesungguhnya.
Sayangnya, dua ratus juta yang sebenarnya adalah singa justru bermental kambing dan berperilaku layaknya kambing. Bukan layaknya singa. Lebih memperihatinkan lagi, ada yang sudah menyadari dirinya sesungguhnya singa tapi memilih untuk tetap menjadi kambing. Karena telah terbiasa menjadi kambing maka ia malu menjadi singa! Malu untuk maju dan berprestasi!
Marilah kita hayati diri kita sebagai seekor singa. Allah telah memberi predikat kepada kita sebagai ummat terbaik di muka bumi ini. Marilah kita bermental menjadi ummat terbaik. Jangan bermental ummat yang terbelakang.
Allah berfirman, ”Kalian adalah sebaik baik ummat yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruhnberbuat yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.!”35
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!”
Ketika Azzam turun, ia langsung disambut dengan takbir yang menggema di seluruh masjid. Pak Kiai Lutfi langsung memeluknya erat-erat dan mengatakan, ”Aku cinta padamu Nak! Ini aku hadiahi kamu sorban yang paling kucintai, sorban pendiri pesantren ini!” Azzam menerima sorban itu dengan linangan air mata.
Rujukan :novel ketika cinta bertasbih,karangan habiburahman elsyerazy.